LAPORAN
MAGANG
MANAJEMEN
PENYELENGGARAAN MAKAN KHUSUSNYA PENYIMPANAN BAHAN MAKANAN DI POLITEKNIK ILMU
PELAYARAN SEMARANG
Laporan ini diajukan sebagai salah satu
syarat untuk menyelesaikan
tugas mata kuliah magang
Oleh
Rizqi
Lukman Hakim
NIM : 6411409006
JURUSAN ILMU KESEHATAN
MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU
KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI
SEMARANG
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Perkembangan
penyelenggaraan makan di lembaga banyak dipengaruhi oleh aspek-aspek tradisi,
sosial budaya masyarakat, kemajuan teknologi serta kemajuan di bidang sosial
ekonomi. Kebutuhan akan diselenggarakan makan dalam jumlah banyak di lembaga
didasarkan atas adanya kebutuhan segolongan masyarakat akan makanan yang tidak
dapat terpengaruhi karena terbatasnya waktu istirahat, padatnya waktu kegiatan
yang tidak memungkinkan untuk menyiapkan kebutuhan makan maupun keinginan yang
serba praktis/cepat dan lain-lain.
Pada
perkembangannya penyelenggaraan makanan di lembaga dikelola berbagai pihak
dengan sifat komersial atau sosial, tetapi pada pelaksanaannya mempunyai
beberapa kesamaan dalam tujuan yang ingin dicapai. Kesehatan dan gizi merupakan
faktor penting karena berpengaruh secara langsung terhadap kualitas sumber daya
manusia (SDM) di suatu Negara, yang dapat digambarkan melalui pertumbuhan
ekonomi, umur harapan hidup, dan tingkat pendidikan. Oleh sebab itu kebutuhan
gizi sangatlah penting untuk SDM terutama pada taruna dan taruni di Politeknik
Ilmu Pelayaran.
Ahli gizi di
instansi sangatlah penting terutama di Politeknik Ilmu Pelyaran bertujuan untuk
memberikan makanan yang bermutu, bergizi, higiene dan sanitasi yang baik pada
instalasi gizi yang sesuai dengan standar kesehatan bagi taruna maupun taruni. Untuk
mencapai tujuan tersebut, maka penting diterapkan manajemen dalam penyelenggaraan
makanan sehingga menghasilkan makanan yang bermutu dan kebersihan makanan yang
memenuhi syarat kesehatan (Rachmat, R Hapsara Habbit, 2004).
Dalam
penyelenggaraan makanan, terdapat tahapan-tahapan yang apabila dilakukan dengan
tepat dapat menghindari terjadinya kerusakan pada makanan baik secara fisik,
kimia, maupun cita rasa (Moehyi, 1992). Menurut Mukrie (1990) pelaksanaan
penyelenggaraan makanan meliputi perencanaan anggaran belanja makanan,
perencanaan menu, perencanaan kebutuhan bahan makanan, penyediaan, penerimaan,
penyimpanan, dan penyaluran bahan makanan, persiapan, pengolahan, penyaluran
makanan hingga pencatatan dan pelaporan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Berdasarkan
tahap-tahapan penyelenggaraan makanan tersebut, terdapat bagian penting bagi
keberlanjutan proses penyelenggaraan makanan yaitu proses penyimpanan bahan
makanan. Proses penyimpanan bahan makanan dapat menentukan kualitas makanan
yang akan diolah. Proses penyimpanan sangat menentukan kualitas bahan makanan
dalam selang waktu sebelum proses pengolahan makanan dimulai. Bahan makanan
yang digunakan dalam proses produksi, baik bahan baku, bahan tambahan maupun
bahan penolong, harus disimpan dengan cara penyimpanan yang baik karena
kesalahan dalam penyimpanan dapat berakibat penurunan mutu dan keamanan makanan
(Depkes RI, 2004).
1.2
Permasalahan
Dari uraian latar belakang tersebut untuk mengetahui
manajemen penyelenggaraan makanan, khususnya manajemen penyimpanan bahan
makanan di Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang.
1.3
Tujuan
1.3.1
Tujuan Umum
Mahasiswa mengetahui tentang manajemen
gizi di Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang.
1.3.2
Tujuan Khusus
1.3.2.1
Mempelajari manajemen
pada instalasi gizi/dapur di Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang.
1.3.2.2
Mempelajari proses
persiapan sampai dengan pendistribusian makanan bagi taruna di Politeknik Ilmu
Pelayaran Semarang
1.4
Manfaat
1.4.1
Bagi Mahasiswa
Mahasiswa mendapatkan pengalaman dan
ilmu baru dari hasil kegiatan Magang di Institusi Politeknik Ilmu Pelayaran.
Mahasiswa juga dapat menerapkan ilmu dan pengetahuan yang didapat di
Universitas sehingga terjadi pertukaran pemikiran dari mahasiswa kepada
Institusi tersebut maupun sebaliknya.
1.4.2
Bagi Instansi Tempat
Magang
1.4.2.1
Mengetahui permasalahan
yang ada di Menza Politeknik Ilmu Pelayaran khususnya bagian pengolahan makanan
dan mendapat alternatif pemecahan masalahnya.
1.4.2.2
Menciptakan kerjasama
yang saling menguntungkan dan bermanfaat antara Politeknik Ilmu Pelayaran
Semarang dengan IKM FIK UNNES.
1.4.3
Bagi jurusan Ilmu
Kesehatan Masyarakat
1.4.3.1
Laporan magang dapat
menjadi salah satu audit internal kualitas pengajaran.
1.4.3.2
Memperkenalkan jurusan
IKM FIK UNNES kepada Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang.
1.4.3.3
Mendapatkan masukan
bagi pengembangan jurusan IKM FIK UNNES.
1.4.3.4
Terbinanya jaringan
kerjasama dengan Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang dalam upaya meningkatkan
keterkaitan dan kesepadanan antara subtansi akademik dengan pengetahuan dan
ketrampilan sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam pembangunan kesehatan
masyarakat.
BAB
II
ANALISIS
SITUASI
2.1
Analisis
Situasi Umum
2.1.1
Gambaran Umum
Politeknik Ilmu Pelayaran
Politeknik Ilmu Pelayaran adalah
pendidikan tinggi negeri milik Departemen Perhubungan RI mengemban tugas
mendidik dan melatih pemuda-pemudi lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA)
di bidang pelayaran dan pelabuhan menjadi Perwira Pelayaran Besar dan Tenaga
Ahli Angkutan Laut/ Kepelabuhan guna memenuhi kebutuhan armada angkatan laut
pada sub sektor perhubungan laut. Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang yang
sebelumnya bernama BPLP mulai tahun 1995/1996 membuka program diklat kepelautan
dan kepelabuhan Diploma IV merupakan jenjang pendidikan professional. Lulusan
program Diploma IV berhak diberikan sebutan professional Sarjana Sains Terapan/
S.Si.T.
Dengan adanya kemajuan teknologi yang
meliputi aspek program pendidikan, tenaga pengajar, lulusan, tenaga penunjang,
sarana dan prasarana maka sejak tahun 1951 terjadi perubahan pelembagaan hingga
menjadi Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang pada tahun 1999 dan telah masuk
white list di International Maritime Organization tahun 2000 dengan sejarah
sebagai berikut :
2.1.1.1
Tahun 1951-1955 bernama
Sekolah Pelayaran Semarang disingkat SPS.
2.1.1.2
Tahun 1955-1974 bernama
Sekolah Pelayaran Menengah Semarang disingkat SPM Semarang.
2.1.1.3
Tahun 1974-1979 bernama
Pendidikan Perwira Pelayaran Besar disingkat P3B.
2.1.1.4
Tahun 1979-1995 bernama
Balai Pendidikan dan Latihan Pelayaran (BPLP) Semarang dengan program Strata A
(Diploma III) dengan lama pendidikan 3 tahun.
2.1.1.5
Tahun 1995 mesih
bernama BPLP Semarang tapi program studinya ditingkatkan menjadi Diploma IV
(setara Sarjana/S1) dengan Politeknik Ilmu Pelayaran pendidikan 4 tahun.
2.1.1.6
Tahun 1999 berdiri
Politeknik Ilmu Pelayaran berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan No. KM.81
Tahun 1999 Tgl 13 Oktober 1999 tentang Organisasi dan Tata Kerja PIP.
2.1.2
Visi dan Misi
Politeknik Ilmu Pelayaran
2.1.2.1
Visi Politeknik Ilmu Pelayaran
Terciptanya
kader-kader perwira pelayaran niaga yang handal, profesional dan berbudi
pekerti luhur sesuai nilai-nilai Pancasila untuk kemajuan bangsa.
2.1.2.2
Misi Politeknik Ilmu Pelayaran
1) Memberikan pelayanan pendidikan dan
pelatihan pelayaran yang memenuhi standar kualitas nasional maupun
internasional.
2) Melaksanakan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat dalam rangka penguasaan dan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi di bidang pelayaran.
3) Melaksanakan tata kelola kelembagaan
yang dinamis, transparan dan akuntabel.
4) Memberdayakan dan mengembangkan
sarana dan prasarana serta segenap sumber daya lainnya guna menunjang
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi kelembagaan secara efektif dan efisien.
5) Membina hubungan kerjasama dengan
berbagai instansi terkait termasuk alumni baik di dalam maupun di luar negeri.
2.1.2.3
Tujuan
Tujuan
PIP Semarang menghasilkan lulusan yang mempunyai pengetahuan, pemahaman dan
kecakapan di bidang pelayaran serta memiliki integritas profesional yang tinggi
dan berbudi pekerti luhur sesuai nilai-nilai Pancasila.
2.2
Analisis
Situasi Khusus
2.2.1
Gambaran Umum Menza
Menza Politeknik Ilmu Pelayaran adalah
bagian dari institusi Politeknik Ilmu Pelayaran yang melayani di bagian
penyelenggaraan makanan taruna maupun taruni. Pelayanan yang diberikan berupa
pelayanan yang bersifat non komersial dengan biaya untuk penyelenggraraan
makanan banyak berasal dari dana APBN. Jumlah tenaga kerja di Menza Politeknik
ilmu Pelayaran ada 30 pekerja di dapur Menza, masing-masing perorangan
mempunyai masing-masing tugas yang berbeda-beda.
2.2.2
Sarana dan Pra sarana
Sarana dan pra sarana begitu penting
dalam kegiatan penyediaan makanan di Menza. Beberapa sarana dan pra sarana di
menza :
2.2.4.1
Sarana dan pra sarana
memasak
Boiling Pan, berfungsi untuk memasak nasi,
merebus air serta memasak sayuran berkuah. Kuantitas untuk boiling pan untuk
memasak nasi adalah 30-40 kg beras dengan bahan bakar dari mesin uap.
2.2.4.2
Sarana dan pra sarana
penyajian makanan dan minuman
Sarana dan pra sarana penyajian makanan
dan minuman berupa piring makan, piring saji, mangkok sayur, piring buah,
sendok makan, garpu, centong nasi, termos/ tempat nasi, teko, gelas dan juga
tutup gelas.
2.2.4.3
Sarana dan pra sarana
transportasi
Sarana dan pra sarana transportasi
berupa kendaraan beroda empat yang digunakan untuk kegiatan operasional
sehari-hari.
2.2.4.4
Sarana dan prasarana
pendukung
Truk sampah, berfungsi untuk mengangkut
sampah padat sisa produksi.
2.2.3
Manajemen Gizi Institusi
Manajemen gizi institusi (MGI) merupakan
kegiatan mengatur makan dan pengaturan pemenuhan gizi melalui makanan yang
dilakukan dalam sebuah instansi. Kegiatan manajemen gizi terdiri atas manajemen perencanaan menu,
manajemen perbekalan (logistik) makanan, manajemen produksi makanan, manajemen
distribusi dan pelayanan makanan.
2.2.3.1
Tujuan manajemen gizi
institusi
Tujuan dari manajemen gizi institusi
adalah menyediakan makanan yg berkualitas baik, memenuhi kecukupan gizi,
bervariasi, dapat diterima dan menyenangkan konsumen dengan memperhatikan standar
sanitasi dan kebersihan yang tinggi termasuk macam peralatan dan sarana yang
digunakan.
2.2.3.2
Prinsip manajemen gizi
institusi
Prinsip dalam pelaksanaan manajemen gizi
institusi yakni :
1) Memadukan
kebutuhan masyarakat rasa/selera dan mutu.
2) Untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat karena tidak memiliki waktu untuk mempersiapkan
sendiri.
2.2.3.3
Bagian dalam manajemen
gizi institusi
Manajemen gizi institusi memiliki
beberapa bagian dalam pengaturan penyediaan makanan yaitu :
1) Manajemen
perencanaan menu
Menu
merupakan daftar hidangan yang disajikan sebagai makanan atau susunan makanan
dan minuman yang dapat dihidangkan pada waktu makan. Menu biasa ditulis pada
satu lembar kertas, kertas lipatan, buku, dll. Menu memiliki berbagai macam
fungsi, antara lain :
a. Alat
pemasaran, mengkomunikasikan rencana pelayanan untuk kepuasan konsumen
b. Alat
untuk mencapai tujuan finansial institusi
c. Alat
informasi tentang harga makanan, hidangan yg tersedia, teknik produksi dan cara
pelayanan
d. Iklan
produk makanan yg ditawarkan
e. Alat
menentukan cara pembelian bahan makanan
f. Alat
untuk menentukan macam peralatan, tata letak dan perencanaan fasilitas produksi
g. Alat
penjualan produksi
h. Alat
untuk mempengaruhi konsumen untuk membeli
Manajemen
perencanaan menu merupakan suatu fungsi manajemen dalam pengadaan makanan. Dimana
manajemen perencanaan menu ini dapat diartikan sebagai serangkaian kegiatan
menyusun hidangan dalam variasi yang serasi untuk memenhi kebutuhan gizi
seseorang atau kelompok orang.
Tujuan
perencanaan menu adalah sebagai pedoman dalam kegiatan pengolahan, mengatur
variasi dan kombinasi hidangan, menyesuaikan biaya yang tersedia, menghemat
penggunaan waktu dan tenaga, serta menu yg terencana baik dapat digunakan sebagai
alat penyuluhan yg baik.
Dalam
pelaksanan perencanaan menu terdapat beberapa syarat yang perlu diterapkan pada
penyusun menu seperti menguasai masalah umum, dapat mendaftar jenis makanan
yang disukai konsumen, memiliki pengetahuan ilmu bahan makanan, dan dapat
menilai menu secara tepat dan obyektif. Ahli gizi memiliki tugas antara lain :
1). Menyusun
kebijakan pelayanan makanan, meliputi :
a. peraturan
pemberian makan
b. menentukan
tipe & pola menu dan frekuensi penggunaan bahan.
2). Mendaftar
asupan macam makanan
3). Membuat
master menu dan susunan hidangan
4). Melakukan
penilaian menu
5). Menjelaskan
tentang menu yg telah diperbaiki & telah disetujui
6). Melakukan
penilaian pelaksanaan menu
Menu terbagi atas 4 jenis menu yaitu
menu dasar yang terdiri atas menu bahan baku yang disusun sesuai dengan dana
dan kecukupan gizi klien. Menu standar yang merupakan menu yang telah ditetapkan
instansi, menu pilihan yang memuat beberapa jenis dan macam hidangan pilihan
untuk satu atau lebih item hidangan dan menu siklus yang terdiri atas satu set
menu dengan jangka waktu tertentu, misal menu harian, menu mingguan atau menu
bulanan.
Penyususnan menu perlu mempertimbangkan
aspek konsumen (kondisi kesehatan, kebiasaan makan, kecukupan gizi, dll), aspek
managerial (peraturan instansi, peralatan dan perlengkapan dapur, dana, iklim
dan keadaan pasar, dll), faktor lain seperti pertimbangan pasar, sarana
prasarana, ketenagaan, bahan makanan, dan citra instansi. Standar perlu diterapkan pada penyususnan
menu, berupa standar porsi dan standar resep guna mempermudah dalam pemasakan serta
memudahkan dalam penentuan berat bahan makanan.
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan
dalam penyusunan menu yaitu menghindari pengulangan (bahan pokok, warna, bumbu),
penganekaragaman rasa hidangan, variasi tekstur hidangan, variasi teknik pengolahan,
serta mampu memenuhi kebutuhan gizi.
Langkah-langkah perencanaan menu :
a.
Menentukan macam menu (menu
standar/pilihan)
b.
Menentukan siklus menu
c.
Menetapkan waktu
penggunaan menu yang telah disusun
d.
Menetapkan jenis dan
frekuensi penggunaan bahan makanan, sesuaikan dengan dasar/master menu
e.
Membuat mater menu
sesuai dengan siklus yang ditetapkan
f.
Menyiapkan katalog
hidangan dan digunakan untuk mengisi hidangan pada master menu
g.
Meneliti kembali
kesesuaian menu dengan kecukupan gizi (dengan melihat standar resep) dan biaya
yang ada/direncanakan
h.
Pelaksanaan menu
Suatu perencanaan menu dapat membuat
menu yang baik dari sudut pandang konsumen bila mecukupi kebutuhan gizi
konsumen, warna dan kombinasi makanan menarik, teksktur dan konsistensi
hidangan serasi, rasa dan aroma makanan enak, ukuran dan bentuk potongan
bervariasi, makanan disajikan sesuai dengan suhu, sesuai dengan selera
konsumen, penyajian menarik dan saniter, besar porsi sesuai. Sedangkan dari
sudut pandang mnajerial yakni bervariasi, tidak terjadi pengulangan menu, memperhatikan
musim dan keadaan pasar, menu disajikan sesuai macam dan jumlah tenaga, kemampuan
dan waktu yang tersedia, menu disajikan disesuaikan dengan macam dan jumlah
peralatan, memperhatikan dana yang tersedia. Pelaksanaan menu diatur semaksimal
mungkin dengan keadaan yang ada.
Manajemen
perbekalan makanan merupakan suatu proses dalam penyediaan makan, jumlah dan
kualitas bahan makanan, dapat berupa upaya penyediaan bahan makanan saja atau
melaksanakan seluruh proses pembelian bahan makanan.
Gambar 1. Fungsi Logistik
Gambar 2. Sistem Manajemen Perbekalan

Dalam
melakukan manajemen logistik, perlu beberapa cara untuk menentukan kebutuhan
bahan makanan dengan mempertimbangkan unsur-unsur seperti :
a. Alokasi
dana yang tersedia.
b. Peraturan
pemberian makanan yang berlaku di institusi.
c. Siklus
menu.
d. Jumlah
dan jenis konsumen (bisa termasuk pegawai).
e. Jumlah
hari pada kurun waktu tertentu, jumlah hari libur serta. tanggal 31 yang ada
selama berlakunya siklus menu.
f. Standar
resep, standar porsi dan standar bumbu.
g. Perkiraan
sisa makanan (stok) yang terdekat.
h. Pembelian
yang akan datang.
i.
Pengetahuan bahan
makanan.
j.
Refuse/waste selama
penyimpanan-pengolahan-distribusi.
k. Spesifikasi
bahan makanan.
Dalam
pelaksanaan perencanaan logistik perlu adanya perhitungan bahan makanan yang
diperlukan agar tidak terjadi kekurangan kelebihan bahan makanan tidak tahan
lama bahan makanan dalam penyususnan menu. Perhitungan dilakukan dengan rumus :
=
frekuensi pemakaian bahan makanan x standar porsi x jumlah tampilan menu selama
berlakunya siklus menu x jumlah konsumen
3) Manajemen
produksi makanan
Persiapan
makanan meliputi kegiatan membersihkan dan menghilangkan bagian-bagian yang
tidak dimakan, memotong, menghaluskan, menggiling, mencampur, membentuk serta
kegiatan lainnya yang harus dilakukan sebelum bahan makanan siap diolah. Persiapan bahan makanan sangat penting dan
tidak hanya ditinjau dari segi gizi tetapi juga dari segi biaya oprasionalnya
selain itu bagian ini perlu di awasi untuk mencegah terjadinya pembuangan bahan
makanan misalnya pengupasan terlalu tebal.
Agar diperoleh hasil makanan yang baik kualitasnya maka salah satu hal
yang perlu diperhatikan adalah pengolahan makanan.
Macam-macam
proses pengolahan makanan yang dapat diterapkan antara lain yaitu merebus,
mengukus, mengetim, menggoreng, mencah, menyetup, membardir, membuat kaldu,
mengentalkan, menjernihkan, mengocok, mendinginkan dan menghidangkan dimana hal
ini dilakukan sesuai kebutuhaan,
pengolahan bahan makanan adalah merupakan suatu kegiatan memasak bahan
makanan mentah menjadi bahan makanan siap dimakan, berkualitas dan aman
dikonsumsi.
Tujuan
dari pendistribusian makanan antara lain :
a. Megurangi
risiko kehilangan zat gizi bahan makanan
b. Meningkatkan
nilai cerna
c. Meningkatkan
dan mempertahankan warna, rasa, keempukan, dan penampilan makanan
d. Bebas
dari organisme dan zat yang berbahaya bagi tubuh
Prasyarat pengolahan
bahan makanan :
a. Tersedianya
siklus menu
b. Tersedianya
peraturan penggunan bahan tambahan pangan
c. Tersedianya
bahan makanan yang akan diolah
d. Tersedianya
peralatan pengolahan bahan makanan
e. Tersedianya
aturan penilaian
f. Tersedianya
prosedur tetap pengolahan makanan
4)
Manajemen distribusi
Pendistribusian
makanan adalah serangkaian kegiatan penyaluran makanan sesuai dengan jumlah
porsi dan jenis makanan konsumen yang dilayani (makanan biasa maupun khusus). Penyajian makanan dilakukan dengan
pendistribusian penyaluran makanan sesuai dengan jumlah porsi dan jenis makanan
konsumen yang dilayani (makanan biasa maupun khusus). Setelah makanan masak, makanan disalurkan
sesuai dengan jumlah tenaga kerja yang melayani.
Dalam
penyaluran makanan diperlukan syarat-syarat antara lain adanya bon permintaan
bahan makanan, tersedianya kartu stok/ buku catatan keluar masuknya bahan
makanan, tersedianya standar porsi, tersedianya peralatan makanan, tersedianya
sarana pendistribusian makanan, tersedia tenaga pramu saji dan adanya jadwal
pendistribusian makanan di dapur utama.
Macam-macam
sistem penyaluran makanan yang dilakukan di instansi :
a. Penyaluran
makanan yang dipusatkan.
Cara
ini disebut sentralisasi dengan ketentuan ini makanan dibagi dan disajikan
dalam alat makan di tempat pengolahan makanan
b. Penyaluran
makanan yang tidak dipusatkan.
Cara
ini disebut desentralisasi makanan di bawa dari tempat pengolahan ke sub bagian
instansi dalam jumlah banyak untuk selanjutnya disajikan dalam alat makan
masing-masing individu.
c. Penyaluran
makanan kombinasi.
Kedua
cara di atas dapat pula dilaukan secara bersamaan dengan kombinasi tersebut
maka sebagian ditempatkan langsung ke dalam alat makan individu sejak dari
tempat produksi (dapur) dan sebagian lagi dimasukkan ke dalam wadah besar,
pendistribusiannya dilaksanakan setelah sampai di unit bagian dari instansi.
5)
Manajemen pelayanan
makanan.
Pelayanan
makan merupakan salah satu prinsip dari higiene sanitasi makanan. Penyajian
makanan yang tidak baik dan etis bukan saja dapat mengurangi selera makan
seseorang tetapi dapat juga menjadi penyebab kontaminasi terhadap bakteri
.hal-hal yang perlu diperhatikan dalan pelayanan makanan sesuai dengan prinsip higiene dan
sanitasi makanan adalah sebagai berikut
:
a. Prinsip
wadah.
Prinsip
wadah artinya setiap jenis makanan ditempatkan dalam wadah terpisah dan
diusahakan tertutup. Tujuannya dalah makanan
tidak terkontaminasi silang bila satu tercemar yang lain dapat diamankan
untuk memperpanjang masasaji makanan sesuai dengan tingkat kerawanan makanan.
b. Prinsip
kadar air.
Prinsip
kadar air artinya penempatan makanan yang mengandung kadar air tinggi (kuah)
baru di campur pada saat menjelang dihidangkan untuk mencegah makanan cepat
rusak. Makanan yang disiapkan dalam kadar air tinggi lebih mudah menjadi rusak.
c. Prinsip
edible part.
Prinsip
edible part artinya setiap bahan yang disajikan merupaan bahan makanan yang
dapat dimakan. Hindari pemakaian bahan
yang membahayakan kesehatan seperti steples besi, tusu gigi atau bunga lastik.
d. Prinsip
pemisahan.
Prinsip
pemisaha artinya makanan yang tidak ditempatkan dalam wadah seperti makanan
dalam kotak (dus) atau rantang harus dipisahan setiap jenis makanan agar tidak
saling bercampur, tujuannya agar tidak terjadi kontaminasi silang.
e. Prinsip
panas.
Prinsip
panas yaitu setiap penyajian yang disajikan panas di usahakan tetap dalam
keadaan panas seperti soup, gulai, dsb. Untuk mengatur suhu perlu diperhatikan
suhu makanan sebelum ditempatkan dalam food warmer harus masih berada di atas
60º C. Alat terbaik untuk mempertahankan
suhu penyajian adalah dengan bean merry (bak penyaji panas).
f. Prinsip
alat bersih.
Prinsip
alat bersih artinya setiap peralatan yang digunakan seperti wadah dan tutupnya,
dus, piring, gelas, mangkuk, harus bersih dan dalam kondisi baik. Bersih
artinya sudah dicuci dengan cara yang higienis
baik artinya utuh tidak rusak atau cacat dan bekas pakai. Tujuannya
untuk mencegah penularan penyakit dan memberikan penampilan yang estetis.
g. Prinsip
handling.
Prinsip
handling artinya setiap penanganan makanan maupun alat makan tidak kontak
langsung dengan anggota tubuh terutama tangan dan bibir. Tujuannya adalah
mencegah pencemaran dari tubuh, memeberikan penampilan yang baik dan rapi.
2.2.4
Alur Kerja Manajemen
Gizi Politeknik Ilmu Pelayaran

Keterangan :
2.2.4.1
Penerimaan Bahan
Makanan
Penerimaan bahan makanan adalah proses
kegiatan memeriksa, meneliti, mencatat, memutuskan dan melaporkan penerimaan
bahan makanan dan minuman, sesuai dengan OPB (Order Permintaan Barang). Di
Politeknik Ilmu Pelayaran sebelum barang masuk terlebih dahulu di periksa dan
di teliti oleh kepala bagian yang bertanggung jawab di menza yaitu pak Jusman.
Apabila sudah di periksa dan diteliti barang yang sudah masuk dan memenuhi
syarat maka barang masuk ke tempat yang sudah di sediakan sesuai dengan
penempatannya. Memutuskan dan melaporkan barang masuk di menza setelah barang
sudah berada di dalam gudang. Laporan penerimaan barang di serahkan kepala
Kanit Asrama yang mengurusi taruna dan taruni dalam kegiatan makan.
2.2.4.2
Penyimpanan Bahan
Makanan
Setelah bahan makanan diterima dan dicek
oleh bagian penerimaan, ada sebagian bahan makanan yang tidak langsung diolah
sehingga perlu dilakukan penyimpanan untuk menghindari terjadinya kerusakan
bahan makanan yang disebabkan metabolisme berlebih atau mikroorganisme.
Ada dua jenis gudang di bagian Menza
Politeknik Ilmu Pelayaran yaitu: gudang kering dan gudang basah. Gudang basah
pun masih dibagi lagi menjadi dua, yaitu gudang basah untuk sayur dan buah
serta gudang basah untuk penyimpanan produk hewani. Bahan makanan kering (
beras, gula, krupuk dll) disimpan dalam gudang kering bersuhu ± 270C, sedangkan untuk sayuran
dan buah disimpan digudang basah dengan suhu 5-150C, dan untuk
produk hewani disimpan digudang basah atau di freezer yang bersuhu -12-00C.
Pengeluaran bahan makanan dari gudang
disesuaikan dengan yang akan disajikan. Bahan makanan yang masuk dan keluar
gudang selalu dicatat oleh petugas gudang untuk menghindari terjadinya
kekeliruan pendataan jumlah bahan makanan yang tersedia.
2.2.4.3
Persiapan Bahan Makanan dan Bumbu
Pada proses produksi yang perlu
diperhatkan untuk menjaga keamanan makanan adalah proses persiapan, pada proses
persiapan merupakan tahap awal atau titik awal dari proses untuk mendapatkan makanan
jadi, untuk itu pada tahap ini perlu sekali dilakukan pengamanan bahan makanan.
Pengamanan makanan meliputi pengamanan untuk mempertahankan zat gizi pada
makanan dan pengamanan makanan terhadap bahaya pathogen.
Persiapan bahan makanan dan bumbu di menza
dari pekerja membagi tugas masing-masing serta melihat menu yang akan di olah
itu apa. Gambaran pada saat persiapan memasak daging sebelum tahap pengolahan,
daging terlebih dahulu di potong-potong sesuai porsi, saat pemotongan harus
diperhatikan terlebih dahulu alatnya dan harus tajam untuk satu kali potong
karena untuk mempertahankan zat gizi pada daging terhadap bahaya pathogen.
2.2.4.4
Pengolahan Makanan
Pengolahan bahan makanan adalah
merupakan suatu kegiatan memasak bahan makanan mentah menjadi bahan makanan
siap dimakan, berkualitas dan aman dikonsumsi.
Teknik pengolahan makanan atau teknik
memasak dan dikembangkan sejak dahulu, walaupun penggunaan istilahnya
berbeda-beda namun proses pelaksanaan pada umumnya sama. Pengolahan makanan di
Politeknik Ilmu Pelayaran dilakukan sesuai kebutuhaan taruna-taruni yang berada
di asrama.
2.2.4.5
Pendistribusian Makanan
Model distribusi yang dilakukan di
Politeknik Ilmu Pelayaran adalah sistem sentralisasi dan desentralisasi dimana
semua kegiatan pembagian makanan dipusatkan di dapur utama dan penyajian
makanan dilaksanakan langsung pada alat makan perorangan. Makanan yang telah
diolah, ditempatkan dalam wadah masing-masing kemudian di kirim ke petugas
pelayanan dengan menggunakan lift makanan. Makanan disajikan kepada taruna-taruni
dengan cara makanan disusun di atas meja sesuai dengan jumlah kursi, dimana
satu meja makan dilengkapi dengan peralatan makan dan minum untuk 7-8 taruna
maupun taruni. Pelayanan makan berlangsung baik ditandai dengan adanya kepuasan
Taruna dan Taruni.
2.2.4.6
Penyajian Makanan
Penyajian makanan merupakan salah satu
prinsip dari hygiene dan sanitasi makanan. Penyajian makanan yang tidak baik
dan etis bukan saja mengurangi selera makan seseorang, tetapi juga dapat
menjadi penyebab kontaminasi terhadap bakteri. Proses penyajian makanan di
Politeknik Ilmu Pelayaran selalu diperhatikan dalam penyajian makanannya. Pada
saat pemyajian pekerja di dapur menza selalu memperhatikan tempat wadah buat
makanan sebab bila wadah tersebut terbuka maka akan terkontaminasi silang oleh
sebab itu wadah selalu tertutup.
2.2.4.7
Pencucian Alat
Peralatan makan atau produksi harus
dicuci dan dibilas sampai bersih, pada proses pencucian di dapur menza
dibutuhkan 3 bak untuk merendam peralatan makan taruna-taruni. Perendaman
dengan air hangat, kemudian dicuci dengan sabun, lalu dibilas sampai bersih
dengan air dingin baru kemudian dibilas lagi dengan air panas dan di keringkan.
Berdasarkan teori yang ada Manajemen
Gizi Institusi yang terdiri dari manajemen perencanaan menu, manajemen perbekalan
(logistik) makanan, manajemen produksi makanan, manajemen distribusi dan
pelayanan makanan, manajemen gizi yang ada di Politeknik Ilmu Pelayaran yaitu
perlu pengawasan untuk mencegah terjadinya pembuangan bahan makanan misalnya
pengupasan terlalu tebal. Pelayanan makan merupakan salah satu prinsip dalam
manajemen pelayanan makan dari higiene sanitasi makanan. Penyajian makanan yang
tidak baik dan etis bukan saja dapat mengurangi selera makan seseorang tetapi
dapat juga menjadi penyebab kontaminasi terhadap bakteri. Menza Politeknik Ilmu
Semarang perlu di perhatikan dalam pelayanannya dan prinsip-prinsip yang harus
di perhatikan seperti prinsip wadah, prinsip kadar air, prinsip edible part,
prinsip pemisahan prinsip panas, prinsip alat bersih, prinsip handling.
Pada alur kerja manajemen gizi di
Politeknik Ilmu Pelayaran dengan teori manajemen gizi institusi yang tidak ada
yaitu proses perencanaan menu makanan untuk taruna dan taruni di menza.
Perencanaan menu di Politeknik Ilmu Pelayaran sebetulnya sudah ada, tetapi
tidak di terapkan pada bagian dapur menza Politeknik Ilmu Pelayaran sehingga
pada alur kerja manajemen gizi di menza tidak ada daftar alur kerjanya.
2.2.5
Penempatan Peralatan Makan
Pada masing-masing sarana terdapat
peralatan dapur yang berbeda-beda dengan fungsi yang berbeda-beda pula. Pada
tempat memasak terdapat kompor, serta meja untuk meracik bahan makanan, dan
terdapat rak untuk meletakkan alat-alat dapur seperti piring, gelas, mangkuk
dll. Pada bagian ruangan yang difungsikan sebagai tempat penyimpanan bahan
makanan kering. Sebuah kulkas yang berfungsi untuk menyimpan bahan makanan
seperti ikan, daging, sayuran dan buah serta meja yang digunakan untuk
meletakkan bahan makanan yang dapat disimpan pada suhu ruang. Pencucian
peralatan memasak dilakukan dengan menggunakan bahan pembersih, dengan
menggunakan air bersih dari kran, yang dilengkapi dengan saluran pembuangan
air.
Tersedianya peralatan dan perlengkapan
masak dan perlengkapan makan, tersedianya air bersih secara kualitas,
tersedianya air dalam jumlah yang cukup, rak/lemari peralatan mudah
dibersihkan, serbet dan spon dalam keadaan bersih, alat makan dan masak yang
sekali pakai tidak dipakai ulang, tersedia minimal satu buah lemari es
(pengecekan suhu 2 kali sehari, lemari es dibersihkan setiap 3 kali dalam
seminggu).
BAB
III
IDENTIFIKASI
MASALAH
3.1
Identifikasi
Masalah
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan
pihak terkait yang ada di Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang ditemukan beberapa
macam masalah oleh masing–masing bagian yang selama ini menjadi kendala di
bagian menza serta taruna dan taruni di Politeknik Ilmu Pelayaran yaitu sebagai
berikut :
1)
Adanya kerusakan bahan
pangan akibat adanya tikus di gudang penyimpanan bahan makanan.
2)
Kebersihan dan
penempatan bahan makanan yang tidak di perhatikan.
3)
Persiapan bahan makanan
pada pemotongan daging kurang diperhatikan alatnya dan harus tajam untuk satu
kali potong.
4)
Penempatan peralatan
makan yang kurang tepat.
Berdasar hasil analisis dan hasil penelitian yang
dilakukan dengan wawancara, observasi, dan
survei dapat disimpulkan bahwa masalah yang dialami
di Politeknik Ilmu Pelayaran khususnya
bagian menza adalah kebersihan dan penempatan bahan makanan.
3.2
Prioritas
Masalah
Metode
yang digunakan untuk
menentukan prioritas masalah adalah Metode Hanlon Kuantitatif. Metode Hanlon Kuantitatif merupakan salah
satu cara untuk menetapkan urutan pioritas masalah dengan memperhatikan 4
kriteria yaitu:
1.
Kelompok
kriteria A : Magnitude (Besarnya
masalah)
2.
Kelompok
kriteria B : Emergency (Tingkat
kegawatan masalah)
3.
Kelompok
kriteria C : Causability (Kemudahan
penanggulangan masalah)
4.
Kelompok
kriteria D : PEARL, dimana:
1).
P : kesesuaian (Appropriatness)
2).
E : secara ekonomi murah (Economic Feasibility)
3).
A : dapat diterima (Acceptability)
4).
R : tersedia sumber (Resources
Availability)
5).
L : legalitas terjamin (Legality)
Pemberian
skor diberikan antara 1 sampai dengan 5 dari yang terkecil sampai yang terbesar:
5
= sangat mudah
4
= mudah
3
= cukup mudah
2
= kurang mudah
1
= sangat kurang mudah
PEARL
Faktor, yaitu berbagai pertimbangan yang harus dipikirkan dalam kemungkinan pelaksanaannya. Skor
0 = tidak dan skor 1 = ya.
Setelah berbagai kriteria tersebut diisi dan diberikan
skoring, maka langkah selanjutnya adalah menghitung nilai NPD dan
NPT-nya yaitu dengan rumus sebagai berikut :
NPD (Nilai Prioritas Dasar) = (A+B) x C
NPT (Nilai Prioritas Total) = (A+B)
x C x D
Penentuan
prioritas masalah terhadap permasalahan-permasalahan di Politeknik Ilmu
Pelayaran sebagai berikut :
1) Adanya
kerusakan bahan pangan akibat adanya tikus di gudang penyimpanan bahan makanan.
2) Kebersihan
dan penempatan bahan makanan yang tidak di perhatikan.
3) Persiapan
bahan makanan pada pemotongan daging kurang diperhatikan alatnya dan harus
tajam untuk satu kali potong.
4) Penempatan
peralatan makan yang kurang tepat.
Tabel
1. Prioritas Masalah Metode Hanlon Kuantitatif prioritas masalah di Politeknik Ilmu
Pelayaran.
No
|
Inventaris Masalah
|
Skor Kriteria
|
Skor D
|
NPD
|
NPT
|
Prioritas
|
||||||
A
|
B
|
C
|
P
|
E
|
A
|
R
|
L
|
|||||
1
|
Adanya
kerusakan bahan pangan akibat adanya tikus di gudang penyimpanan bahan
makanan.
|
3
|
2
|
2
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
10
|
10
|
IV
|
2
|
Kebersihan
dan penempatan bahan makanan yang tidak di perhatikan.
|
4
|
3
|
3
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
21
|
21
|
I
|
3
|
Persiapan
bahan makanan pada pemotongan daging kurang diperhatikan alatnya dan harus
tajam untuk satu kali potong
|
2
|
2
|
3
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
12
|
12
|
III
|
4
|
Penempatan
peralatan makan yang kurang tepat.
|
3
|
3
|
3
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
18
|
18
|
II
|
Berdasarkan tabel
1 diketahui bahwa permasalahan-permasalahan yang diperoleh berdasarkan hasil
identifikasi permasalahan di Politeknik Ilmu Pelayaran dengan Metode Hanlon
Kuantitatif pada kebersihan dan penempatan bahan makanan yang tidak di
perhatikan.
3.3
Pembahasan
Prioritas Masalah
Penyimpanan bahan makanan dilakukan oleh pekerja di
Menza, tempat penyimpanan mempunyai fungsi yang berbeda-beda, Pada penyimpanan
bahan mentah seperti ikan, daging, sayuran di tempatkan di gudang basah atau
lemari pendingin. Untuk menjaga kualitas dan kuantitas bahan makanan gudang
selalu dalam keadaan bersih dan tersusun rapi sesuai dengan jenisnya dan jarak
lemari pendingin jangan terlalu jauh sehingga dapat di jangkau penempatannya.
Pada penyimpanan di dapur menza terutama di gudang basah antara ikan, daging,
sayuran di jadikan satu.
Proses penyimpanan bahan makanan yang terdapat di
gudang kering dan basah dilakukan saat penerimaan bahan makanan sudah di catat
dan dilaporkan ke Kanit Asrama. Saat bahan makanan akan datang bahan makanan
yang berada di dalam penyimpanan basah atau stok lama tidak di keluarkan
terlebih dahulu sehingga tidak tersusun rapi dan mengakibatkan alat simpan
menjadi kotor dan bau tidak enak. Hal yang terjadi di dapur menza Politeknik
Ilmu Pelayaran adalah alat penyimpanan
pendingin yang kotor di karenakan kurangnya kebersihan secara periodik.
BAB
IV
PENYELESAIAN
MASALAH
4.1
Alternatif
Pemecahan Masalah
Berdasarkan gambaran permasalahan yang ada di menza
Politeknik Ilmu Pelayaran mengenai kebersihan dan penempatan bahan makanan yang
dapat menyebabkan tumbuhnya bakteri, adapun alternatif pemecahan masalah,
antara lain :
1) Pembuatan
peraturan tata cara penempatan bahan makanan.
2) Perubahan
tata letak gudang basah.
3) Pembuatan
poster.
4.2
Prioritas
Pemecahan Masalah
Merupakan
rnetode pengambilan keputusan yang relatif baru dalam penerapannya di bidang
kesehatan. Metode CARL ini juga didasarkan pada serangkaian
kriteria yang diberi skor antara 0 - 10. dimana kriteria CARL tersebut meliputi
:
1) CAPABILITY: Ketersediaan sumber
daya/resources yang diperlukan
2) ACCESSIBILITY : Kemudahan dalam melakukan pemecahan masalah. Kriteria
yang seringkali dipakai adalah bahwa pemecahan masalah yang ada
dapat dilakukan dengan mudah atau sukar berdasarkan ketersediaan
metode/cara/teknologi serta sarana penunjang lainnya (misal: ketersediaan
peraturan, peraturan, juklak, juknis, pedoman kerja. dll ).
3) READINESS : Kesiapan dari para tenaga pelaksana
maupun kesiapan sasaran dan motivasi yang dimiliki.
4) LEVERAGE : Seberapa besar pengaruh kriteria
yang satu dengan kriteria yang lain dalam pemecahan masalah ataupun pengambilan
keputusan yang dilakukan.
Tahap yang
harus dilalui dalam metode CARL ini adalah identifikasikan semua alternatif
masalah yang ada dalam urutan secara rinci untuk selanjutnya dimasukkan dalam tabel
kriteria CARL dengan skor masing-masing alternatif tersebut. Setelah semua kriteria
terisi skor masing-masing, maka langkah selanjutnya adalah mencari nilai total yang diperoleh berdasarkan hasil
perkalian Cx A x R x L. Nilai total tertinggi merupakan prioritas pertama dan
seterusnya.
Pengambilan
keputusan dalam rangka penentuan prioritas pemecahan masalah
dengan metode CARL :
Tabel 2. Penentuan
Prioritas Pemecahan Masalah dengan Metode CARL
Alternatif
Pemecahan Masalah
|
C
|
A
|
R
|
L
|
Nilai
Total
|
Urutan
|
kebersihan dan
penempatan bahan makanan
|
0-10
|
0-10
|
0-10
|
0-10
|
||
a. Pembuatan
peraturan tata cara penempatan bahan makanan
|
8
|
7
|
8
|
9
|
4032
|
I
|
b. Perubahan
tata letak gudang basah
|
7
|
8
|
8
|
7
|
3136
|
II
|
c. Pembuatan
poster
|
7
|
7
|
7
|
8
|
2744
|
III
|
4.3
Intervensi
4.3.1
Langkah-langkah
Langkah-langkah dalam pembuatan peraturan
tata cara membersihkan dan penempatan bahan makanan sebagai intervensi atas permasalahan di dapur
yaitu :
4.3.1.1
Membuat peraturan
tentang kebersihan dan penempatan bahan makanan cara dan jenisnya.
4.3.1.2
Peraturan mudah
dipahami oleh karyawan pekerja di menza.
4.3.1.3
Mencetak peraturan.
4.3.1.4
Memberikan ke kepala
Kanit Asrama yang kemudian diserahkan ke bagian menza untuk di terapkan
peraturan tersebut dan di beri pengarahan kepada kepala bagian menza agar dalam
penempatan peralatan diatur maksimal mungkin.
4.3.2
Perencanaan
Perencanaan program intervensi khususnya
di kebersihan dan penempatan bahan makanan bagian Menza Politeknik Ilmu
Pelayaran adalah sebagai berikut :
4.3.2.1
Tujuan
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan
yang tinggi pentingnya kebersihan dan penempatan bahan makanan agar tidak
tumbuhnya bakteri yang masuk di penyimpanan bahan makanan.
4.3.2.2
Sasaran
Sasaran yang di tuju dalam pembuatan
peraturan ini yaitu Menza Politeknik Ilmu Pelayaran.
4.3.2.3
Strategi
Membuat peraturan tentang kebersihan dan
penempatan bahan makanan cara dan jenisnya yang kemudian tahap selanjutnya di
serahkan kepada kepala bagian Kanit Asrama yang kemudian di berikan ke kepala
bagian Menza untuk dilaksanakannya peraturan tersebut pada karyawan.
4.3.3
Pelaksanaan
Pelaksanaan setelah pembuatan peraturan
selesai kemudian di berikan kepada kepala bagian Kanit Asrama.
4.3.4
Evaluasi
Setelah peraturan diberikan kepada kepala
bagian Kanit Asrama belum ada perubahan dan masih ada karyawan dalam penempatan
bahan makanan masih belum tata kaitannya dengan kebersihan. Akan lebih baik
lagi jika pihak kepala bagian di Menza membuat rancangan pembagian tugas dari
masing-masing karyawan di Menza khususnya bagian kebersihan dan penempatan
bahan makanan.
BAB
V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
1) Politeknik
Ilmu Pelayaran adalah pendidikan tinggi negeri yang mempunyai penyelenggaraan
makanan.
2) Alur
kerja manajemen gizi institusi terdiri atas penerimaan bahan makanan,
penyimpanan bahan makanan, persiapan bahan makanan dan bumbu, pemasakan
makanan, pendistribusian makanan, penyajian makanan, dan pencucian makanan.
3) Dari
hasil observasi selama kegiatan magang di Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang,
beberapa permasalahan yang ada antara lain adanya kerusakan bahan pangan akibat
adanya tikus di gudang penyimpanan bahan makanan, Kebersihan dan penempatan
bahan makanan yang tidak di perhatikan. Persiapan bahan makanan pada pemotongan
daging kurang diperhatikan alatnya dan harus tajam untuk satu kali potong,
Penempatan peralatan makan yang kurang tepat, Pemilihan
peralatan dan perlengkapan dapur.
4) Berdasarkan
metode hanlon kuantitatif didapatkan
sebagai prioritas utama masalah yaitu Kebersihan dan
penempatan bahan makanan yang tidak di perhatikan yang dapat memicu terjadi kontaminasi silang dan tumbuhnya
bakteri.
5.2
Saran
1) Pisahkan
antara ikan, daging, dan buah di dalam plastic menggunakan tempat wadah yang berbeda
sehingga tidak terjadi kontaminasi oleh bakteri mikroba.
2)
Barang-barang agar
disusun dengan baik sehingga mudah diambil, tidak memberi kesempatan serangga
atau tikus untuk bersarang, terhindar dari lalat/tikus dan untuk produk yang
mudah busuk atau rusak agar disimpan pada suhu yang dingin.
3)
Karyawan harus selalu
menjaga kebersihan segingga harus di buatkan tempat khusus untuk mencuci tangan
agar jaraknya tidak terlalu jauh.
DAFTAR
PUSTAKA
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30755/Chapter%20II.pdf
Suyatno,
Modul VII Manajemen Distribusi dan Pelyanan Makanan. Semarang

Slots with Spades - DrmCD
BalasHapusWhat does spades mean? — 전주 출장마사지 What does spades mean in spades? Spades is a 나주 출장안마 game of strategy 경상북도 출장마사지 and luck. 여수 출장안마 Learn how to play the game of cards and how 파주 출장샵 to win